Kamis, 29 Oktober 2015


Bagi anda yang suka wisata, rasanya kurang lengkap bila anda belum mendatangi Museum Fatahillah. Museum khas kampung si Pitung ini punya nilai sejarah pada masa penjajahan Belanda.

Museum Fatahillah yang dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah 2 Jakarta Barat dengan dengan luas kurang lebih 1.300 meter persegi.

Gedung Museum Fatahillah


"Kenapa museum ini terkenal dengan nama Museum Fatahillah? ada dua alasan, alasan pertama karena letaknya di Jalan Taman Fatahillah, yang kedua karena mengenang pahlawan Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1927" ujar Dayat pemandu wisata.


Pengunjung antre memasuki Museum Fatahillah

Pada masa pemerintahan VOC di Batavia gedung ini dulunya adalah sebuah balai kota (bahasa Belanda Stadhuis) yang dibangun atas perintah Gubernur Jendral Jan Peterzoon Ceon pada tahun 1620. Bangunan ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding.


Plang peringatan pembangunan Museum Fatahillah

Selain sebagai balai kota, gedung ini juga berfungsi sebagai pengadilan, Kantor Catatan Sipil, tempat warga beribadah dihari minggu dan Dewan Kotapraja. Pada tahun 1925 - 1942 gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1942 - 1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Pada tahun 1952 - 1968 digunakan pula sebagai Markas Besar Komando Militer Kota. Gedung ini secara resmi diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta pada tahun 1968. Setelah itu pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.

Museum Fatahillah ini menyimpan koleksi barang bersejarah, baik dalam bentuk asli maupun replika. Diantara koleksi yang paling penting  adalah Prasasti Ciaruteun peninggalan Tarumanegara dan Meriam Si Jagur.

Prasasti Ciaruteun



Meriam si Jagur tampak dari belakang


Ada cerita yang menarik loh dari Meriam Si Jagur ini, Meriam yang berbentuk tangan wanita dengan gelang, serta posisi ibu jari yang diapit antara telunjuk dan jari tengah dibagian belakang meriam melambangkan kepercayaan dan kesuburan. Selain itu terdapat juga huruf romawi yang bertuliskan "Ex me ipsa renata sum" yang artinya saya lahir kembali dari diri saya. Meriam ini terbuat dari 16 meriam yang dilebur kemudian digabungkan dan memiliki panjang 3,81 meter dengan berat 3,5 ton serta diameter dalamnya 24cm.

Museum Fatahillah terdiri dari dua lantai. Lantai satu berisi patung yang mirip singa putih, replika - replika prasasti, lukisan, bebatuan, gerabah macam - macam senjata seperti pistol, pedang keadilan dan tombak. Sedangkan di lantai dua terdapat koleksi mebel antik peninggalan abad 17 hingga abad 19 seperti lemari, meja dan kursi yang digunakan semasa pemerintahan Belanda. Selain itu museum ini juga mempunyai ruang bawah tanah yang digunakan sebagai penjara oleh pemerintah Belanda.


Peralatan Batu



Gerabah



Pedang Keadilan



Lukisan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen


"Saya berasal dari Jawa Barat, kebetulan karena anak saya libur sabtu minggu kita memutuskan untuk berlibur ke Jakarta mendatangi  Museum Fatahillah ini, saya memilih mengunjungi Museum Fatahillah ini supaya lebih mengetahui sejarah yang pernah terjadi di Jakarta karena kan banyak yang bilang Museum Fatahillah menyimpan banyak sekali sejarah pada zaman penjajahan Belanda dulu" ujar Sri pengunjung museum.


Meja Biedermeier abad 19

Untuk itu Museum Fatahillah berusaha menyediakan informasi mengenai perjalanan panjang sejarah kota Jakarta. Dimulai dari masa prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih kreatif. Selain itu, sebagai pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok suku baik dari dalam maupun luar Indonesia dan kota Jakarta seutuhnya. Museum Fatahillah juga selalu berusaha menyelenggarakan kegiatan yang kreatif sehingga dapat menarik perhatian pengunjung untuk mengetahui sejarah kota Jakarta dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya warisan budaya.